Artemisia Annua, Si Cantik Obat Malaria

Artemisia annua adalah tanaman yang tergolong dalam suku Asteraceae. Daunnya berbentuk oval, lonjong, panjang sekitar 10-18 cm dan lebar 5-15 cm, ujung runcing, pangkal tumpul. Daun atau seluruh bagian tanaman mengandung  flavonoid, polyfenol, saponin,dan minyak atsiri. Artemisia adalah salah satu genus tumbuhan yang telah dieksplorasi kegunaannya dalam dunia pengobatan terutama sebagai sumber Artemisinin.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis Artemisia yaitu Artemisia annua., Artemisia vulgaris, Artemisia cina dan Artemisia sacrorum. Artemisia termasuk tumbuhan obat dengan suku Asteraceae, yang berupa tanaman perdu semusim dan tanaman ini berasal dari Cina. Artemisinin tergolong dalam senyawa terpenoid. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tahun 1972 di Cina, bahwa Artemisia annua mengandung artemisin dengan kadar yang cukup tinggi yaitu sekitar 0,1-1,8 %.

Senyawa artemisinin yang tinggi terutama terdapat pada jaringan bagian atas tanaman (daun dan bunga), sementara di batang kandungan artemisinnya rendah. Artemisinin terakumulasi pada bulu yang terdapat pada daun, batang dan bunga. Beberapa penelitian menunjukkan kadar artemisinin tertinggi ditemukan pada waktu sesaat sebelum pembungaan.

Artemisia Annua

Manfaat Artemisia Annua

Artemisinin merupakan produk metabolit sekunder yang memiliki keunggulan antara lain cepat
menghilangkan gejala klinis serta cepat mengeliminasi parasit dalam darah. Artemisinin telah digunakan untuk obat anti malaria di Cina dan Vietnam dan tidak memberikan efek samping.  Penggunaan artemisinin sebagai obat anti malaria adalah suatu langkah pengobatan yang efektif karena dianggap tidak menimbulkan efek samping yang berat seperti kina atau klorokuin yang selama ini digunakan. Saat ini beberapa parasit malaria, seperti Plasmodium falciparum (penyebab malaria tropika) telah resisten terhadap klorokuin, sehingga perlu dikembangkan obat anti malaria lainnya.

Artemisia juga berguna sebagai penghambat aktivitas beberapa sel kanker, zat aktif ini merupakan salah satu anggota kelompok senyawa seskuiterpen lakton yang dapat digunakan sebagai obat karena memiliki sifat analgetik, antelmintik, antibiotik, antibakteri, sedatif dan antikanker

Budidaya Artemisia Annua

Artemisia Annua hanya dapat tumbuh di tempat dengan ketinggian 700 sampai 1.500 m. Tanaman tersebut berasal dari negara subtropis misal, Cina dan Vietnam. Budidaya tanaman ini dilakukan di daerah Tawang Mangu, Dieng, dan Wonosobo Jawa Tengah. Pengembangan tanaman tersebut ke depan adalah penyediaan bibit unggul, sehingga tanaman yang mempunyai siklus hidup 3-4 bulan itu dapat dibudidayakan masyarakat menuju skala industri.

Artemisia annua merupakan tanaman berhari pendek. Apabila ditanam pada daerah dengan lama penyinaran kurang dari 13 jam perhari, maka akan cepat membentuk bunga. Sebaliknya, apabila ditanam pada daerah yang lama penyinaran lebih dari 13 jam perhari maka tanaman Artemisia annua akan tumbuh dengan optimal dan menghasilkan kadar artemisinin yang tinggi.

Untuk pengembangan tanaman Artemisia annua menjadi tanaman obat perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut, antara lain iklim, ketinggian, waktu tanam, pemupukan, tanah dan air.

Penanaman Artemisia annua sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan karena tanaman tersebut sangat rentan terhadap kekeringan terutama pada 2-3 bulan pertama setelah penanaman. Oleh karena itu, waktu penanaman yang tepat serta ketersediaan air di lokasi penanaman perlu diperhatikan untuk menghasilkan kadar artemisinin yang tinggi. Selain itu pemupukan berperan penting untuk produksi biomasa tanaman.

Biomasa tanaman berhubungan langsung dengan produksi total artemisinin. Kebutuhan pemupukan bervarasi menurut daerahnya dan tergantung pada jenis tanah serta ketersediaan unsur hara di dalam tanah.

Artemisia annua cukup potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia mengingat banyaknya penderita malaria dan besarnya kebutuhan obat anti malaria. Di Indonesia banyak daerah yang mempunyai lingkungan yang cocok untuk tumbuh yaitu pada ketinggian tempat 1000 – 1500 mdpl. Iklim dengan curah hujan minimal 700 – 1000 mm/tahun serta intensitas cahaya yang rendah juga sangat menunjang budidayanya.

Pembibitan Artemisia Annua

Perbanyakan Artemisia biasanya dilakukan konvensional secara generatif. Akan tetapi, dengan cara tersebut terdapat kendala yaitu biji Artemisia memiliki viabilitas yang rendah serta tidak mempunyai waktu dormansi. Sehingga, perbanyakan tersebut akan sulit mendapatkan bibit yang seragam dengan induknya.

Perbanyakan tanaman melalui stek batang akan menghasilkan tanaman yang sama dengan
induknya. Akan tetapi, perbanyakan dengan cara stek ini akan merusak tanaman induk. Serta, akan sulit menghasilkan bibit dalam jumlah banyak. Untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman ini, kultur jaringan dapat dipakai sebagai teknologi pilihan.

Selain itu Artemisia yang di tanam di Indonesia memiliki kandungan Artemisinin sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,01-0,5%. Sehingga, masih belum banyak dikembangkan secara komersial. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan genetik tanaman.  Perbaikan ini bertujuan agar nantinya menghasilkan varietas dengan sifat unggul seperti memiliki biomassa dan kandungan Artemisinin lebih tinggi.